Bajak Laut Vs Terorisme

Asal_usul_Bendera_Logo_Bajak_Laut

Bajak laut adalah istilah yang cukup menakutkan bagi sebagian orang di Indonesia. Khususnya orang-orang yang tinggal di tempat-termpat terluar di Indonesia. Para pelaut nusantara yang berlayar ke luar negeri selalu bersiap siaga untuk menghadapi kemungkinan terburuk menghadapi segerombolan penjahat yang kejam ini.

Tak jarang, kapal-kapal tanker yang melewati perbatasan menjadi korban atau sandera gerombolan ini. Pada umumnya, mereka hanya mengancam para sandera untuk segera di beri barang-barang berharga yang mereka miliki atau sedang di angkut oleh kapal mereka, untuk kemudian dibawa ke tempat lain untuk dijual atau digadaikan di pasar gelap.

Nasib para sandera yang paling mujur biasanya dilepaskan dalam kondisi terikat di dalam kapal. Namun, yang paling parah ya berujung pada kematian. Kematian yang mengerikan.

Membahas tentang bajak laut, saya teringat dengan cerita bjak laut yang pernah beberapa kali menggangu ketentraman di Kerajaan Buton dahulu. Bajak laut tersebut berasal dari kawasan Tobelo di Maluku Utara. Bajak Laut Tobelo mulanya melakukan aksinya hanya di kawasan pesisir Kendari. Namun, karena adanya perlawanan dari rakyat Kendari yang sengit akhirnya mereka pindah dan beroperasi di kawasan pulau-pulau kecil seperti kepulauan Wakatobi.

Wakatobi merupakan wilayah yang terletak di utara kerajaan Buton. Letaknya yang terpencil dan kondisi pertahanannya yang kurang baik menjadikan wilayah ini sebagai tempat persembunyian yang strategis bagi Bajak Laut Tobelo.

Bajak Laut Tobelo melakukan berbagai macam kerusakan di wilayah Wakatobi. Penculikan, pencurian, pembunuhan, adalah rentetan tindak kejahatan yang di lakukan oleh gerombolan ini. Kurangnya perlawanan dari masyarakat sekitar membuat Bajak Laut Tobelo leluasa melakukan tindakan Vandalisme (Pengrusakan) di wilayah ini.

Berdasarkan memori kolektif masyarakat sekitar, bajak laut Tobelo pernah melakukan dua kali serangan. Serangan yang pertama terjadi pada masa Tua Rade atau Raja IV Buton dan serangan kedua terjadi pada masa Raja Mule. Pada serangan kedua ini gerombolan bajak laut Tobelo di pimpin oleh Kapita La Bolontio. Konon, Kapita La Bolontio adalah orang yang sakti dan kebal sehingga berita penyerangannya cukup menggemparkan Kerajaan Buton kala itu.

Untuk mengantisipasi serangan Bajak Laut Tobelo, Raja Buton mengirimkan tiga orang kesatria yang memimpin armada perangnya masing-masing, diantaranya adalah Manjawari, Betoambari, dan La Kilaponto. Alhasil, setelah terjadi pertempuran sengit antara kedua pasukan akhirnya Kapita La Bolontio tewas terbunuh oleh La Kilaponto dalam sebuah duel yang sengit.

Fenomena Bajak Laut tidak hanya terjadi pada zaman dahulu. Kini banyak aksi-aksi kejahatan yang menyerupai aksi bajak laut dahulu. Namun, aksi tersebut di bungkus dengan motif etnis  atau agama yang juga dilakukan oleh segerombolan orang. Salah satu contohnya adalah terorisme.

Dewasa ini, masih hangat diperbincangkan masaalah penculikan Warga Negara Indonesia oleh kelompok terorisme Abu Sayaf di perairan sabah, Malaysia. Kelompok ini merupakan kelompok terorisme yang beroperasi di Mindanau, Filipina Selatan, yang bertujuan untuk mendirikan negara teokrasi islam di Filipina Selatan.

Upaya pembebasan sandra yang dilakukan oleh pemerintah menurut pnulis terlalu berbelit-belit. Misalnya saja masaalah perizinan dan kesepakatan kerjasama dengan pemerintah Filipina yang tak kunjung selesai. Sebenarnya, permasalahan ini bisa di selesaikan secara sederhana. Cukup dengan melakukan pengiriman pasukan penyelamat yang terdiri dari anggota TNI yang terlatih untuk membebaskan WNI yag disandra. Menteri pertahanan Indonesia Gatot Subroto seperti terlalu lama mengambil langkah untuk segera mengevakuasi sandra.

Khawatirnya, apabila jangka waktu penyanderaan di perlama maka nyawa sandra tersebut bisa terancam.

Seperti Raja Buton, Direct Order dari atasan sangat penting untuk menyelesaikan permasalahan yang mengganggu kententraman kehidupan masyarakat ini. Apabila atasannya terlalu berbelit-belit maka nyawa dari masyarakat itu sendiri yang bisa terancam. Oleh karena itu, penyelesaiaan masalah terorisme Abu Sayaf seharusnya bisa segera diselesaikan dengan adanya Direct Order yang tegas dalam hal ini oleh Gatot Subroto selaku Menteri Pertahanan dan Keamanan Indonesia dengan persetujuan Presiden. Sehingga, permasalahan pembajakan seperti ini tidak lagi terulang kembali.

Leave a comment